Friday, October 18, 2019

Bagaimana sih seharusnya suami istri itu?

Pertanyaan itu selalu terngiang di pikiranku. Karena memang aku tidak tahu, seperti apa rumah tangga, seperti apa suami istri. Meskipun aku sudah berumah tangga 6 tahun lebih lamanya, tapi hubungan ini aneh.

Jika aku melihat hubungan pasangan yg ada di tv, di drama korea, atau tetangga dan teman-teman, rasanya kok beda ya dengan hubunganku dengan suamiku? Apa aku yang kurang bersyukur atau apa?

Yang paling aneh dari hubunganku dengan suami adalah komunikasi. Iya! Komunikasi. Kami hampir tidak pernah bercengkrama, ngobrol atau sekedar bertanya hal sepele. Kami hanya bertanya tentang hal2 penting saja. Aneh kan? Suami istri kok begitu... Aku lihat teman2ku, tetanggaku, mereka ngobrol dengan pasangan mereka. Tapi kok aku tidak?

Dari masalah komunikasi ini, pikiranku menyebar kemana2 tentang suamiku. Bukan tentang perselingkuhan, bukan! Aku yakin suamiku orang yg setia. (Amin!). Tapi tentang cinta suamiku padaku.

Cinta seperti apakah ini?
Ketika aku bertanya tentang hal sepele, dia tidak pernah merespon. Dia juga tidak pernah bercerita padaku tentang apapun, jadi aku tidak tahu apa2 tentang suamiku. Bahkan ketika dia keluar rumah aku tidak tahu dia kemana. Malah biasanya aku tahu dari orang lain. Kalau aku tanya biasanya tidak dijawab. Kalau pas dijawab aku girang sekali...
Ketika dia bertanya sesuatu padaku, ekspresinya juga tidak menyenangkan. Seperti bertanya pada pembantu, tidak ada kelembutan atau kesabaran.

Aku juga melihat ketika dia bercerita tentang sesuatu pada orang lain, begitu detailnya dia bercerita, begitu banyak kata2 yang dia ucapkan, senang mendengar dia bercerita. Tapi kalau denganku kok tidak begitu ya? Paling judulnya saja, kalau aku tidak jelas pasti bertanya lagi, kan. Tapi responnya seperti sebel aku banyak tanya dan seperti merasa aku ini bodoh banget sih dikasih tau ga ngerti2.

Tulisan ini mungkin bisa dibilang keluhan seorang istri tentang suaminya.

Iya. Aku merasa suamiku tidak mencintaiku. Dia hanya melaksanakan tugas sebagai suami secara lahir. Tapi batinku menangis setiap malam. Karena tidak pernah merasakan cintanya untukku. Aku tahu mungkin memang cintanya untuk wanita lain, tapi harus seperti inikah perlakuannya padaku?

Wajahku memang sangat jelek, mau dandan bagaimanapun juga aku akan tetap jelek. Berat sekali mau nulis ini: aku ada tompel di pipi kananku.
Sedangkan suamiku dan keluarganya adalah tipe orang yang menilai penampilan fisik. Dari sini saja aku sudah tereliminasi. Tapi bagaimana aku bisa menikah dengannya? Entahlah... Salah kami juga... (Tidak! Saya tidak hamil di luar nikah!)

Kalau lagi nonton tv atau drama korea, aku suka iri dengan cinta mereka. Aku ingin sekali cinta seperti itu. Cinta yang menghargai pasangan, menghormati pasangan, cinta yang berusaha menyenangkan pasangan, melindungi pasangan dari rasa malu atau hal apapun, cinta yang mau mengusahakan permintaan bantuan dari pasangan. Sayangnya tak satupun cinta2 seperti itu terjadi padaku. Yang terjadi justru sebaliknya, lebih tepatnya sisi negatifnya.

Pendapatku tidak pernah berharga, rasanya tidak pernah disetujui. Tentang keluarga ataupun tentang rumah. Rasanya aku ini tidak berhak berpendapat.

Dia juga selalu tidak suka dengan hal2 yg membuatku senang. Misalkan berbelanja bersama, atau berkegiatan masyarakat bersama, atau yg lainnya. Seperti malu jika bersanding denganku di depan umum. Sejelek itukah aku? Apa aku harus sembunyi terus di rumah agar dia tidak merasa malu?

Kalau melihat social media, aku jadi sedih lagi. Teman2 sering sekali pasang foto dengan suaminya, dengan berbagai kegiatan. Dia mana mau foto denganku, apalagi dipasang di sosmed. Bisa malu dia dengan istrinya yg jelek ini.

Ketika aku meminta tolong sesuatu juga dia jarang sekali mau mengusahakan. Banyak tidak maunya. Padahal kalau dia minta tolong padaku, apapun itu, aku selalu mati2an mengusahakannya.

Aku juga selalu salah. Sedikit kesalahan, kemarahan menyakitkan hati. Dia lebih suka marah daripada tersenyum padaku. Aku hanya bisa menangis setelahnya.

Aku merasa tidak ada nilainya di sini. Di rumah ini. Di keluarga ini. Di lingkungan ini.
Tapi aku malah berada jauh dari orang2 yg menganggapku bernilai, keluargaku sendiri.

Inilah karmaku.

Sebelum menikah, aku pernah berjanji pada diriku sendiri: Apapun hal buruk ygyg menyakitk hati yg akan terjadi pada pernikahanku nanti, aku harus terima. Seolah aku tau itu akan terjadi. Aku mengingatnya sampai sekarang.

Jadi, cinta suamiku itu, cinta seperti apa? Cinta yang bagaimana?

Aku ingiiiiin sekali cinta darinya. Ingiiin sekali perlakuan hangat darinya.

Apa aku harus mati dulu, agar aku bisa dirasa bernilai?

Apakah cinta yg hangat itu hanya untuk wanita yg cantik?

Mereka bilang: pergilah dari orang2 yg tidak bisa melihat nilaimu.
Tapi bagaimana aku bisa pergi? Dia suamiku yg kucintai. Meski mungkin dia tidak mencintaiku.

Ohya, aku HBsAg positif, aku positif hepatitis B. Jadi, jika sakit hati terus2an, benarkah bisa jadi penyakit hati betulan???

Atau mungkin memang umurku tidak panjang, agar aku bernilai bagi suamiku?

No comments:

Post a Comment